Minggu, 17 Mei 2009

Manusia Dan Kemanusiaan



Syekh Muda Online: "Tidak sedikit orang merasa diri sebagai manusia, tetapi fikirannya tidak manusiawi, hatinya dipenuhi nafsu al-hayawani, kadang kala hatinya di kuasai asy-syaithoni wal iblisi, namun masih merasa diri sebagai manusia pada hal tindakan perbuatannya sudah tidak manusiawi. Mungkin karena kurang mengerti tentang kemanusiaan, untuk itu mari kita beri tahu mereka yang sok manusia pada hal mereka bukan manusia yang sesungguhnya." Tiada maksud hati mengajari, ini cuma pemberitahuan tentang kemanusiaan, agar manusia kembali menjadi manusia dan bukan manusia syetan atau manusia binatang dan bahkan bukan menjadi manusia iblis wal dajjalin, sebagai anti sipasi kemunculan dajjal baru di muka bumi Allah ini, cukuplah Fir'aun dan jama'ahnya yang menjadi dajjal di bumi Allah ini. Pengertian Manusia Manusia jika ditinjau dari sudut bahasa memang amat menyudutkan nilai-nilai kemanusiaan kita sebagai manusia, sebab manusia merupakan kata Arab yang terdiri dari "mana" dan "Sia". "Mana" artinya "lupa" dan "sia" artinya "lalai". Namun manusia dituntut untuk selalu ingat dan jangan lalai. Ingat kepada yang telah menciptakan dirinya dari sesuatu yang Allah telah kehendaki harus terjadi sesuai dengan apa yang Allah inginkan dengan missi yang telah Allah programkan, jika tidak sesuai maka manusia itu tidak pantas disebut sebagai manusia. Kajian Kemanusiaan Allah ciptakan manusia minimal dari 7 (tujuh) unsur, yaitu: 1. Air berwujud darah dan tulang dalam tubuh kita. 2. Tanah berwujud daging dalam tubuh kita. 3. Api berwujud emosi dan semangat dalam diri kita. 4. Angin berwujud rohani, nafas atau hosa dalam diri kita. 5. Aqal berwujud pemikiran di otak kita. 6. Nurani berwujud aura atau cahaya dalam diri kita. 7. Hidayah berwujud petunjuk batin, firasat, ilham, mimpi, bisikan hati. 7 (tujuh) unsur di atas akan bernilai manusia sebagai manusia jika di dalamnya berisi sifat-sifat kebajikan seperti yang Allah inginkan dan jika tidak terdapat kebajikan di dalamnya maka itu bukanlah manusia, kemungkinan besar jasad berwujud manusia tetapi di dalamnya bukan manusia, bisa jadi di dalamnya binatang, syetan atau iblis yang dapat menyebabkan orang itu jadi buas, tidak pernah merasa puas dan ganas, kemanapun dia melangkah selalu menimbulkan petaka, dusta, pura-pura, mavia dan jahat. Jika jasadnya manusia tetapi di dalamnya binatang, maka pemikiran, perasaan dan perbuatannya akan mirip dengan binatang idolanya, maka penyakit yang dialaminyapun biasanya akan mirip dengan binatang. Contoh: "Jika orang mengidolakan burungnya, lebih banyak berfikir tentang burungnya, suka mengikuti keinginan burungnya, berfikir seperti insting burungnya, berprasaan seperti insting keburungannya dan jiwanya menyatu dengan burungnya, maka biasanya orang tersebut jika sakit akan sakit seperti penyakit burungnya dan nama jenis virusnya yang ada di tubuhnyapun otomatis berkait dengan burungnya, seperti flu burung, demam burung, penyakit burung, malaria burung dan jika dia merindukan sesuatupun nyaris mirip burung pungguk merindukan rembulan." Ini yang disebut dengan "manusia burung" atau "manusia binatang." Jika jasadnya manusia, tetapi di dalamnya syetan, maka pemikirannya mirip dengan pemikiran syetan, hatinya berhati syetan, tingkahnya bertingkah syetan, maka ini yang sering kita kenal dengan istilah "mansuia syetan." Jika jasadnya manusia, tetapi di dalamnya iblis, maka pemikirannya nyaris mirip dengan iblis, hatinya berhati iblis, tingkahnyapun bertingkah iblis dan orang seperti ini dikenal dengan istilah "manusia iblis". Jika manusia mempertuhankan manusia, maka pemikirannya akan mirip dengan manusia yang dipertuhankannya, hatinya mirip dengan manusia yang dipertuhankannya dan tingkahnyapun sama gilanya dengan orang yang dipertuhankannya itu. Jika manusia mempertuhankan hantu, maka alur pemikirannya lebih cendrung mirip hantu, hatinya berhantu dan tingkahnya bagai hantu. Orang ini disebut dengan "manusia hantu." Jika dia mati kemungkinan besar rohnya tidak bertemu dengan Allah, tetapi bertemu dengan hantu sembehannya, jadilah dia manusia gentayangan hingga kiamat tiba. Gentayangan, huwahahahaa huwehehehee. Jika manusia mempertuhankan patung, maka otaknya lebih cendrung beku bagai patung, kepalanya keras (keras kepala) mirip patung, hatinya membatu bagaikan patung, tindakannya kaku dan membosankan, jiwanya keras seperti patung, untunglah matinya tidak jadi patung, dipasung dan digantung-gantung. Namun jika manusia memperTuhankan Tuhan, yang tiada Tuhan selain Allah, maka itulah manusia yang sesungguhnya, manusia yang tahu diri terhadap penciptanya, sehingga dia tidak berfikir seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah kehendaki. Berhati tidak seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah maui, bertingkahpun tidak seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah ridhoi saja. Oh sungguh nikmat menjadi manusia, tahu diri sebagai makhluk ciptaan Allah sehingga hanya memperTuhankan Allah saja tanpa membudidayakan Allah menjadi beranak pinak sehingga tidak berani mengaku diri sebagai putra Allah, sebab Allah tidak berputra dan bukan diputrakan oleh apa dan siapapun juga, karena sesungguhnya Allah tidak setara dengan segalanya. Mari kembali menjadi manusia yang hanya menyembah Allah pencipta segala dalam segala dan jangan menyembah yang lainnya selain Allah saja. Mari renungkan dan semoga kita menjadi manusia seutuh.nya.

Wasaalam

www.syekhmudaonline.blogspot.com

Sabtu, 09 Mei 2009

Letak Nilai Kemanusiaan Seorang Manusia


Tujuan Diciptakannya Manusia

Sebagian manusia tidak menyadari bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan bukan tanpa tujuan. Bahkan Allah Ta`ala menciptakan manusia dengan satu tujuan yakni untuk beribadah kepadaNya. Hal ini diberitakan oleh Allah Ta`ala didalam Al Qur`an Surat Adz Dzaariyaat 56: “Dan tidaklah Aku Ciptakan Jin dan Manusia, kecuali untuk beribadah (mengabdi) kepada-Ku”.Oleh karena itu kita perlu menelusuri lebih kebelakang, untuk memahami untuk apa kita beribadah?

Memahami Makna Ibadah

Kita Beribadah sesungguhnya merupakan bentuk amalan syukur kita kepada Allah. Bila kita mengingat luasnya nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita, maka sungguh amat kecil pekerjaan ibadah yang Allah bebankan kepada kita dibandingkan luasnya nikmat Allah yang luar biasa tersebut. Maka bila amalan ibadah kita itu dalam rangka syukur kita kepada Allah, sungguh syukur kita itupun masih teramat sedikit jika dibandingkan terhadap limpahan nikmat-nikmat Allah tersebut. Allah berfirman di dalam surat Ibrahim 34: “ Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). “

Nikmat Allah tidak bisa kita hitung saking banyaknya, namun ibadah kita bisa kita hitung saking sedikitnya. Ibadah yang kita lakukan adalah dalam rangka syukur kita kepada Allah, bukan dalam rangka membalas nikmatnya. Sebab jangankan untuk membalas limpahan nikmat dari Allah Ta`ala tersebut, menghitungnya pun kita tidak akan mampu. Ini artinya kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan kepada kita sesungguhnya merupakan Rahmat dari Allah Ta`ala. Seandainya Allah menuntut kita untuk membalas segala nikmat-Nya kepada kita, maka sungguh kita tidak akan pernah mampu untuk membalasnya. Tapi karena rahmat Allah-lah, beban kewajiban Allah itu menjadi demikian ringan dan entengnya bila kita bandingkan dengan besarnya nikmat-nikmat yang Allah limpahkan kepada kita tersebut. Dan karena rahmat Allah pula, Allah masih saja selalu memaafkan kita atas sekian banyak kelemahan kita dalam menunaikan kewajiban-kewajiban tersebut, padahal kewajiban Allah tersebut telah amat sedikit dibandingkan limpahan NikmatNya. Oleh sebab itu sesungguhnya Allah Ta`ala menuntut kepada kita tidak terlalu banyak jika dibanding fungsi kita hidup di dunia ini. Kita hanya dituntut untuk beribadah kepada Allah ta`ala dengan segenap kemampuan yang ada pada kita sebagai ungkapan syukur kita kepada-Nya.

Allah menfasilitasi Manusia

Ketika Allah memberitakan bahwa misi hidup kita adalah untuk beribadah kepadanya, maka Allah juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap untuk menunjang misi tersebut. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 29: “Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”

Di dalam ayat diatas diberitakan bahwa Allah Ta`ala menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi ini untuk kita sebagai fasilitas dalam menjalani kehidupan kita di dunia. Di dalam ayat ini pula Allah Ta`ala menggambarkan betapa besar kekuasaannya yang mampu menciptakan bukan hanya bumi seisinya, namun juga tujuh lapis langit yang berada di atas bumi, yang seolah-olah Allah ingin menyadarkan kita bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pihak yang mampu menciptakan itu semua, sehingga oleh sebab itu hanya Ialah satu-satunya pihak yang pantas disembah dan diibadahi dengan segala kekuasaan dan kebesaran yang Ia miliki tersebut.

Nilai Kemanusiaan Manusia

Setelah kita memahami makna dari ibadah dan segenap fasilitas yang telah Allah sediakan untuk kita, maka mestinya kita mulai menyadari untuk apa kita diciptakan oleh Allah Ta`ala. Pertanyaan ini telah dijawab oleh Allah Ta`ala dalam surat Azd dzariyat 56 di awal pembahasan kita di atas, yakni misi hidup kita adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. Hal inilah yang harus kita tanamkan di dalam diri kita dan kita ingat-ingat terus bahwa mulai dari saat kita berusia baligh sampai kematian menjemput kita nanti, tugas kita adalah beribadah kepada Allah.
Oleh sebab itu besarnya nilai kemanusiaan dalam diri manusia itu ialah tergantung sampai sejauh mana ia menjalankan kewajiban ibadah kepada Allah. Manusia itu akan semakin jauh dari nilai kemanusiannya ketika ia semakin lepas dari kewajibannya (meninggalkan) untuk beribadah kepada Allah. Sementara ketika semakin jauh manusia itu dari nilai kemanusiaannya berarti semakin tidak bernilai ia sebagai manusia.

Maka sungguh lucu kalau ada orang yang mengatakan bahwa hidup di dunia ini hanya sekedar hidup dan tidak ada misi apa-apa. Maasyaallah, bagaimana mungkin Allah menciptakan manusia tanpa misi-apa-apa?, hanya misi sekedar hidup, seperti hidupnya sapi, kambing, kerbau dan sejenisnya yang hanya seputar makan, minum, buang air, kawin, tidur? subhanallah, inilah contoh ketika manusia itu telah jauh dari nilai kemanusiaannya, sehingga yang ia fikirkan dan lakukan dalam kehidupannya tidak jauh berbeda dengan rutinitas di dalam kehidupan hewan. Tidak ada nilai lebihnya, sebab ia meninggalkan misi hidup yang telah Allah bebankan kepadanya yang dengan misi itu membedakan antara manusia dengan hewan yakni beribadah kepada Allah. Allah mensinyalir orang-orang yang semacam ini di dalam surat Al A`raaf 179: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Allah menggambarkan adanya orang-orang yang telah diberikan fasilitas yang lengkap (seperti pendengaran, penglihatan dan hati) untuk mengenali dan memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, namun ia tidak mau menggunakan fasilitas tersebut sebagaimana mestinya, maka Allah istilahkan orang-orang semacam ini dengan “seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat atau rendah dari binatang ternak”. Mengapa mereka lebih rendah dari binatang ternak? Karena binatang ternak, mereka masih bertasbih kepada Allah. Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ 44: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka, Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “. Semua suara hewan itu bertasbih kepada Allah, sementara manusia yang bertingkah laku seperti hewan tadi, yakni tidak menjalankan misi hidupnya sebaaimana yang Allah kehendaki, mereka ini tidak bertasbih kepada Allah, sehingga manusia semacam ini lebih rendah derajatnya daripada hewan.
Kemudian orang yang mengerti misi hidupnya, ia akan senantiasa senang dan tenang dalam menghadapi segala macam problematika hidup didunia ini sebab ia mengerti bahwa segala problematika tersebut merupakan kemestian yang harus ia hadapi di dalam menjalankan misi hidup di dunia ini dan ia meyakini bahwa Allah akan memberikan ganjaran pahala bagi yang mampu menjalaninya dengan baik sesuai dengan yang dikehendaki Allah, sehingga ia senantiasa optimis di dalam menjalani hidup di dalam kondisi yang seperti apapun. Ia mengerti bahwa makan, minum, bekerja dan sebagainya itu ialah dalam rangka beribadah menjalankan perintah Allah Ta`ala. Adapun orang yang tidak mengerti misi hidupnya, untuk apa ia makan, minum, bekerja dan sebagainya? Sungguh ia akan merasa capek di dalam hidup di dunia ini karena ia tidak mengetahui tujuan yang hakiki dari semua kegiatan tersebut, sehingga kegiatan yang ia lakukan itu hanya sebatas rutinitas biasa saja tanpa ada harapan apapun dibalik itu. Pada saat bekerja disangkanya setelah ia kaya ia akan bahagia, namun setelah ia kaya ternyata masih muncul sekian banyak problem yang harus dihadapi, akhirnya iapun stress. Disangkanya ketika sudah mapan hidunya ia akan senang, namun ternyata setelah mapan, muncul lagi sekian banyak problem yang harus ia hadapi, sehingga iapun tertekan. Seolah-olah problem demi problem itu selalu menghantui hidupnya, tanpa mengetahui hakikat dari problem tersebut dan kemana ia harus bawa problem tersebut. Demikian terus menerus keadaannya akibat ketidakmengertiannya terhadap misi hidupnya di dunia, untuk apa ia bekerja, untuk apa ia beraktivitas dan sebagainya.

Maka semakin tinggi nilai ibadah seseorang itu, semakin tinggi pula nilai kemanusiaan dari orang tersebut. Dan semakin rendah nilai ibadah seseorang itu, semakin rendah dan jauh pula orang tersebut dari nilai kemanusiaannya (semakin tidak bernilai sebagai manusia). Dan bila kita telah mengerti bahwa misi hidup kita di dunia ini adalah untuk beribadah, maka tentunya perjuangan yang mesti kita lakukan adalah terus menerus memperbaiki kualitas ibadah kita, baik itu yang menyangkut hubungan kita dengan Allah, maupun hubungan kita dengan sesama makhluq Allah, sehingga kita betul-betul menjadi “manusia yang manusiawi”. Wallahu Al`lamu Bishshawaab.

Sumber:

http://www.samuderailmu.wordpress.com/2008/11/05/letak-nilai-kemanusiaan-seorang-manusia/#more-140

Rabu, 06 Mei 2009

Keutamaan Zikrullah


Allah Berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah yang sebanyak-banyaknya dan sucikanlah nama TuhanMu di waktu pagi dan petang."
(Q.S. Al-Ahzab, A. 41-42).

"Dan Sesungguhnya mengingat Allah lebih besar pahalanya dari ibadah yang lain."
(Q.S. Al-Ankabut, A. 45).

"Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."
(Q.S. Al-Jum'ah, A. 10).

"Oleh karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya aku ingat (pula) kepadamu."
(Q.S. Al-Baqarah, A. 152).

"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring." (Q.S. Ali Imran, A. 191).

"Hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-namaNya yang terbaik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang sesat dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. Al-Ahzab, A. 180).

"Katakanlah: 'Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu menyeruNya. Dia memiliki nama-nama yang terbaik."
(Q.S. Al-Isra, A. 110).

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dia memiliki nama-nama yang terbaik." (Q.S. Thaha, A. 8).

Sikap Pemuda

Syekh Muda Online: "Seorang pemuda tidak pernah berkata "ini bapakku", tetapi dia berkata "ini aku, ini dadaku, ini karyaku, aku adalah aku, perduli amat denganmu." Sekilas tampak egois, namun dengan demikian seorang pemuda menjadi tangguh, mandiri, bertanggung jawab, tidak cengeng terhadap segala tantangan yang mencoba menghadang perjuangan yang telah dirintisnya dengan susah payah, berani berbuat benar dan berani pula memperbaiki kesalahan masa lalu, tidak suka mencari kambing hitam untuk menyembunyikan kesalahan diri sendiri, tidak lari dari ujian yang coba-coba menguji kesabarannya sehingga tahan uji terhadap berbagai ujian yang menantang kepribadiannya. Tidak kenal kata mundur, tatkala kebenaran sedang diperjuangkannya, namun ada kalanya mengalah untuk mencapai kemenangan berikutnya, sehingga tidak perlu ngotot jika ternyata mengalami kekalahan. www.syekmudaonline.blogspot.com

Sabtu, 02 Mei 2009

Penomena Flu



Syekh Muda Online dari www.putrajagatonline.blogspot.com menceritakan: Dulu yang kita tahu flu merupakan penyakit anak-anak yaitu ingus-ingusan, keluarnya lendir mirip cendol dari hidung anak-anak di bawah umur. Biasanya para orang tua kita dulu kalau kita masih ingusan dan belum mampu mengurus ingus kita sendiri belum diperbolehkan mengenal dunia cinta, apa lagi berumah tangga, alasannya karena mengurus ingusnya sendiri belum becus, konon mau mengurus rumah tangga, yang ditakutkan orang tua kita waktu itu adalah rumah tidak terurus karena asyik bermain ditangga saja jadi lupa ngurusin rumah.

Kemudian disaat kita sedang sibuk-sibuknya mengurusin ingus anak-anak, tiba-tiba kita dikejutkan dengan istilah virus flu tulang, terdapat lendir mirip ingus pada tulang manusia yang terjangkit penyakit virus flu tulang. Belum usai mengurus flu tulang, buru-buru kita dikejutkan dengan kedatangan tamu tak diundang yang bernama virus flu burung, para burung ikutan ingus-ingusan, banyak burung bermatian dan banyak unggas sekarat sebentar langsung mati dan anehnya menyerang pada komunitas manusia lewat angin. Belum tuntas mengurusin para burung yang ingusan, kita kini sedang dikejutkan dengan datangnya virus H1 N1 flu babi.

Virus H1 N1 flu babi tampaknya lebih ganas dari virus flu burung, flu tulang dan flu anak-anak, sangking ganasnya virus ini ternyata dapat membunuh manusia seketika terserang, lebih sadis dari Izroil, perjalanan virus ini lebih cepat menyebar ke sekujur tubuh dan seketika melumpuhkan kekuatan asabat jasad dan langsung mati. Sungguh ini merupakan peringatan dari Allah atas kesadisan manusia dalam membunuh babi untuk mereka konsumsi, mungkin komunitas babi itu menuntut balas atas kesadisan yang dilakukan terhadap mereka dan Allah meridhoinya sehingga terjadilah virus baru di dunia perfluan bernama virus H1 N1 flu babi. Dasar babi, binatang. Eh anehnya belum ditemukan obat untuk memusnahkan virus H1 N1 flu babi. Amerika Serikat sudah mulai pusing memikirkan cara mengantisipasi penyebaran virus H1 N1 flu babi.

Masih kuat dalam ingatan kita bahwa pada saat penyebaran virus flu burung, hampir semua burung yang diduga mengidap virus flu burung, dimusnahkan. Kayaknya sistem ini juga pantas dipakai untuk memberantas penyebaran virus H1 N1 flu babi yaitu dengan memusnahkan komunitas babi yang diduga terjangkit virus H1 N1 flu babi, adilkan? Agar tidak terjadi kecemburuan sosial di dunia perbinatangan, terutama antara komunitas burung dengan komunitas babi. Dengan demikian para burung tidak akan demonstrasi. Huwahahahaa Huwehehehee. www.syekhmudaonline.blogspot.com

Heboh Tentang Flu Babi


Syekh Muda Online: Dewasa ini ramai orang membicarakan seputar keberadaan penampakan flu babi H1 N1, diantara mereka ada yang mendiskreditkan bani babi dan apa pula yang pro dengan bani babi, sementara para bani babi enjoy aja seolah tidak perduli dengan apapun kata dunia terhadap komunitas bani babi. Para bani babi amat disanjung dan dipuja oleh para komunitasnya, wajar jika pendiskreditan bani babi dibantah habis-habisan oleh para komunitas bani babi, mereka berteriak di kandangnya masing-masing dengan nada khas melengking membubung tinggi nyaris memekakkan telinga para pendengarnya, sejak babi putih, abu-abu dan hitam kini dicuci bersih di selnya masing-masing, diidolakan karena harganya cukup menggiurkan di pasar babi dan pakter babi.

Namun pun begitu, kita sebagai insan sesama makhluk ciptaan Allah, wajarlah jika kita merujuk pada firman Allah sebelum kita pro kontra tentang komunitas bani babi itu. Allah berfirman:

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [2:173].

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [5:3].

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Artinya: "Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut ?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." [5:60].

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [6:145]

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [16:115].

Firiman Allah di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa daging babi itu haram (jika dikerjakan berdosa dan jika ditinggalkan berpaha) dimakan, maka wajarlah jika para pemelihara, pedagang dan konsumen babi terkena virus H1 N1 karena mereka telah membangkang firman Allah, sebagai wujud dosa mereka kepada Allah karena mereka memelihara, jual beli dan mengkonsumsi daging babi, na'uzu billah, amit-amit jabang bayi. www.syekhmudaonline.blogspot.com