Minggu, 17 Mei 2009

Manusia Dan Kemanusiaan



Syekh Muda Online: "Tidak sedikit orang merasa diri sebagai manusia, tetapi fikirannya tidak manusiawi, hatinya dipenuhi nafsu al-hayawani, kadang kala hatinya di kuasai asy-syaithoni wal iblisi, namun masih merasa diri sebagai manusia pada hal tindakan perbuatannya sudah tidak manusiawi. Mungkin karena kurang mengerti tentang kemanusiaan, untuk itu mari kita beri tahu mereka yang sok manusia pada hal mereka bukan manusia yang sesungguhnya." Tiada maksud hati mengajari, ini cuma pemberitahuan tentang kemanusiaan, agar manusia kembali menjadi manusia dan bukan manusia syetan atau manusia binatang dan bahkan bukan menjadi manusia iblis wal dajjalin, sebagai anti sipasi kemunculan dajjal baru di muka bumi Allah ini, cukuplah Fir'aun dan jama'ahnya yang menjadi dajjal di bumi Allah ini. Pengertian Manusia Manusia jika ditinjau dari sudut bahasa memang amat menyudutkan nilai-nilai kemanusiaan kita sebagai manusia, sebab manusia merupakan kata Arab yang terdiri dari "mana" dan "Sia". "Mana" artinya "lupa" dan "sia" artinya "lalai". Namun manusia dituntut untuk selalu ingat dan jangan lalai. Ingat kepada yang telah menciptakan dirinya dari sesuatu yang Allah telah kehendaki harus terjadi sesuai dengan apa yang Allah inginkan dengan missi yang telah Allah programkan, jika tidak sesuai maka manusia itu tidak pantas disebut sebagai manusia. Kajian Kemanusiaan Allah ciptakan manusia minimal dari 7 (tujuh) unsur, yaitu: 1. Air berwujud darah dan tulang dalam tubuh kita. 2. Tanah berwujud daging dalam tubuh kita. 3. Api berwujud emosi dan semangat dalam diri kita. 4. Angin berwujud rohani, nafas atau hosa dalam diri kita. 5. Aqal berwujud pemikiran di otak kita. 6. Nurani berwujud aura atau cahaya dalam diri kita. 7. Hidayah berwujud petunjuk batin, firasat, ilham, mimpi, bisikan hati. 7 (tujuh) unsur di atas akan bernilai manusia sebagai manusia jika di dalamnya berisi sifat-sifat kebajikan seperti yang Allah inginkan dan jika tidak terdapat kebajikan di dalamnya maka itu bukanlah manusia, kemungkinan besar jasad berwujud manusia tetapi di dalamnya bukan manusia, bisa jadi di dalamnya binatang, syetan atau iblis yang dapat menyebabkan orang itu jadi buas, tidak pernah merasa puas dan ganas, kemanapun dia melangkah selalu menimbulkan petaka, dusta, pura-pura, mavia dan jahat. Jika jasadnya manusia tetapi di dalamnya binatang, maka pemikiran, perasaan dan perbuatannya akan mirip dengan binatang idolanya, maka penyakit yang dialaminyapun biasanya akan mirip dengan binatang. Contoh: "Jika orang mengidolakan burungnya, lebih banyak berfikir tentang burungnya, suka mengikuti keinginan burungnya, berfikir seperti insting burungnya, berprasaan seperti insting keburungannya dan jiwanya menyatu dengan burungnya, maka biasanya orang tersebut jika sakit akan sakit seperti penyakit burungnya dan nama jenis virusnya yang ada di tubuhnyapun otomatis berkait dengan burungnya, seperti flu burung, demam burung, penyakit burung, malaria burung dan jika dia merindukan sesuatupun nyaris mirip burung pungguk merindukan rembulan." Ini yang disebut dengan "manusia burung" atau "manusia binatang." Jika jasadnya manusia, tetapi di dalamnya syetan, maka pemikirannya mirip dengan pemikiran syetan, hatinya berhati syetan, tingkahnya bertingkah syetan, maka ini yang sering kita kenal dengan istilah "mansuia syetan." Jika jasadnya manusia, tetapi di dalamnya iblis, maka pemikirannya nyaris mirip dengan iblis, hatinya berhati iblis, tingkahnyapun bertingkah iblis dan orang seperti ini dikenal dengan istilah "manusia iblis". Jika manusia mempertuhankan manusia, maka pemikirannya akan mirip dengan manusia yang dipertuhankannya, hatinya mirip dengan manusia yang dipertuhankannya dan tingkahnyapun sama gilanya dengan orang yang dipertuhankannya itu. Jika manusia mempertuhankan hantu, maka alur pemikirannya lebih cendrung mirip hantu, hatinya berhantu dan tingkahnya bagai hantu. Orang ini disebut dengan "manusia hantu." Jika dia mati kemungkinan besar rohnya tidak bertemu dengan Allah, tetapi bertemu dengan hantu sembehannya, jadilah dia manusia gentayangan hingga kiamat tiba. Gentayangan, huwahahahaa huwehehehee. Jika manusia mempertuhankan patung, maka otaknya lebih cendrung beku bagai patung, kepalanya keras (keras kepala) mirip patung, hatinya membatu bagaikan patung, tindakannya kaku dan membosankan, jiwanya keras seperti patung, untunglah matinya tidak jadi patung, dipasung dan digantung-gantung. Namun jika manusia memperTuhankan Tuhan, yang tiada Tuhan selain Allah, maka itulah manusia yang sesungguhnya, manusia yang tahu diri terhadap penciptanya, sehingga dia tidak berfikir seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah kehendaki. Berhati tidak seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah maui, bertingkahpun tidak seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah ridhoi saja. Oh sungguh nikmat menjadi manusia, tahu diri sebagai makhluk ciptaan Allah sehingga hanya memperTuhankan Allah saja tanpa membudidayakan Allah menjadi beranak pinak sehingga tidak berani mengaku diri sebagai putra Allah, sebab Allah tidak berputra dan bukan diputrakan oleh apa dan siapapun juga, karena sesungguhnya Allah tidak setara dengan segalanya. Mari kembali menjadi manusia yang hanya menyembah Allah pencipta segala dalam segala dan jangan menyembah yang lainnya selain Allah saja. Mari renungkan dan semoga kita menjadi manusia seutuh.nya.

Wasaalam

www.syekhmudaonline.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar