Kamis, 27 Mei 2010

Tadabburil Qur'an

Syekh Muda Online: Al-Qur'an merupakan sumber awwalin dalam pemikiran, kitab kehidupan dan hikmah, sebagai miftahul hayatiddunya, kitab yang mampu membentuk karakter manusia berbudaya modern, berperadaban, terjauh dari kebiadaban. Kitab yang fungsinya sekaligus sebagai taman hati untuk menemukan miftahul jannah, miftahun nur, miftahul hidayah, miftahul maghfiroh, miftahul fiqroh, miftahul qolbi, miftahul zikroh wa miftahul shirothol mustaqim fiddunya wal akhiroh. Kitab obat, obat mata nan rabun melihat kebenaran, obat telinga tatkala tuli mendengar hidayah, obat tangan tatkala hobby usil dan jahil, obat kaki tatkala senang tersesat jalan, obat otak tatkala fikiran suka lobet, obat hati tatkala jiwa sedang dirundung duka lara nestapa karena tidak tahan dihempas gelombang badai prahara, obat kehidupan tatkala remang kelam tanpa secercah cahaya. Kitab tongkat petunjuk jalan menuju cahaya kebenaran. Kitab pondasi penguat prinsip-prinsip tegaknya idealisme diri untuk menemukan jati diri sejati. Kitab payung pelindung hati dari derasnya curahan titisan ujian nan antrian. Kitab pedoman hidup sepanjang masa, pemicu ruh menjadi hidup sepanjang hayat dikandung jasad. Kitab nan tidak lekang oleh panasnya sinar mentari kehidupan, tidak basah oleh kucuran tempiasan badai kehidupan dan tidak pernah lenyap oleh api dendam kekafiran durjana.

Itu sebabnya, sudah saatnya tadabburil Qur'an diaktifkan, dibaca tulisannya, disimak artinya, agar mengerti isi kandungannya, agar ada bekal dalil dalam pengamalannya. Namun harus dimulai dari diri sendiri, sebelum didakwahkan kepada sanak famili. Tidak perlu disuliti, jika bisa dimudahi, dimulai satu 'ain setiap hari, jika belum mampu satu juz'i perhari. Jika hal ini dapat dijadikan ritual diri setiap hari, insya Allah jadilah diri menjadi insan berakal budi tercerahi. Marilah kita mulai dari kini, dari diri dan dari rumah kita sendiri, agar rumah teristilahi baiti jannati. www.syekhmudaonline.blogspot.com

Jumat, 14 Mei 2010

Pantaskah Anda Jadi Ahli Surga?

Syekh Muda Online: Di ruangan kuliah di hadapan para mahasiswaku, seperti biasanya sebelum aku beri mereka wejangan-wejangan spiritual materi ilmu tasawuf seperti dibebankan pihak kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Sibolga kepadaku, aku bertanya kepada mahasiswaku: "Pantaskah anda jadi ahli surga? Kenapa?" Mereka tulis pertanyaan yang aku ajukan ini, lalu aku beri mereka 5 menit waktu untuk menjawabnya di atas kertas secara baik dan benar serta diiringi dengan suara hati nurani yang sangat dalam.

Lalu jawaban mereka kumpulkan ke mejaku sebelum aku memberi wejangan, lalu aku berkata ke mereka: "Lihatlah mataku, aku tidak lihat apa isi kertas yang kalian goreskan, tetapi aku tahu bahwa Tuhanku melihat dan mengetahuinya, karena aku tahu bahwa Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala dalam segala dan aku tahu bahwa Tuhanku bukanlah Zat yang bisu, karena aku tahu Tuhanku merupakan Zat Yang Maha Berbicara pada hambanya lewat telinga batin hambaNya. Aku bukan hamba iblis, karena aku tahu bahwa aku hamba Allah, maka aku tahu Tuhanku berbicara padaku tentang isi kertas yang kalian tuliskan ini." Itulah kalimat yang terlontar dari lisanku, seolah ada yang gerakin dari dari dalam, sungguh aku gemetar, lalu aku tiba-tiba tahu apa isi dari kertas yang ditulis para mahasiswaku itu, lalu aku berkata lagi: "Jika kamu berkata bahwa kamu pantas jadi ahli surga, maka kamu sesungguhnya tidak layak jadi ahli surga dengan sederetan noda dosa yang akan kamu persembahkan kepada Allah, karena kamu sesungguhnya belum mencapai maqam mulia. Orang yang merasa dirinya layak jadi ahli surga sesungguhnya orang itu orang yang tidak ikhlash, beramal karena mengharap surga, berbuat karena pamrih. Keikhlasan adalah berbuat tanpa berharap imbalan, maka sesungguhnya orang yang layak jadi ahli surga adalah hamba Allah yang berbuat tanpa harap imbal jasa (ikhlash) dan orang-orang ikhlash tidak berani berkata layak jadi ahli surga, karena surga itu bukan milik dirinya tetapi milik Allah, yang menentukan hanya Allah dan kita hanya mampu berupaya, namun harus diiringi dengan keikhlasan."

Masya Allah, kalimat itu terlontar begitu saja, aku coba cubit tanganku, sakit rasanya, berarti aku sadar 100%, tetapi apakah aku sepintar itu berbicara? semua buluku tegak, bagai perajurit pergi perang, bukan karena berani, tetapi takut sambil kagum pada Allah yang berbuat apa saja sekehendaknya, mampu membuat hambaNya berkata sesuatu sesuai kehendakNya tanpa hambaNya mampu menghentikanNya. Subhanallah wallahu a'lam bissawab. www.syekhmudaonline.blogspot.com