Rabu, 01 Juni 2011

Hakikat Setan

HAKIKAT SETAN
Oleh: Drs. P.M. Gunawan Nst.
Dosen Ilmu Tasawuf Stit-Musi

Syekh Muda Online: Banyak orang mengira bahwa setan itu merupakan makhluk gaib saja yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa, anggapan seperti ini sebenarnya anggapan yang kurang pas. Terbukti dengan banyak orang menggambarkan bentuk-bentuk setan, baik di media massa, elaktronik dan buku kita temukan gambaran-gambaran wujud setan, sedikit banyaknya tentulah orang-orang itu telah tahu, mengerti, memahami dan bahkan diantara mereka ada yang mampu menghayati dan merasakan keberadaan setan di sekitar mereka. Apalagi dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan daya spiritual manusia, telah mampu menangkap dan mendeteksi keberadaan setan di dalam diri dan di luar diri manusia di abad globalisasi ini.

Lewat mikroskop manusia mampu melihat keberadaan setan di dalam diri manusia berbentuk lendir busuk, amuba, virus dan kuman, yang jika telah berada di dalam diri manusia akan menyebabkan manusia itu mengalami kebimbangan, yang dalam bahasa Quran disebut dengan was-was, sebagaimana Firman Allah dalam Quran Surat ke 114, A. 1-6:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

114. 1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

مَلِكِ النَّاسِ

114.2. Raja manusia.

إِلَهِ النَّاسِ

114.3. Sembahan manusia.

مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

114.4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

114.5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

114.6. dari (golongan) jin dan manusia.

Dari ayat di atas dapat disimak. dari hasil penyimakan ayat di atas menimbulkan perenungan, dan dari perenungan ayat di atas muncul pemikiran bahwa setan itu membisikkan kejahatan dan bersembunyi, ada kalanya dari dalam dan ada kalanya dari luar, dengan bisikan itu muncul keraguan di dalam diri manusia. Itu sebabnya orang-orang yang di dalam dirinya telah terjangkiti setan lebih cenderung melakukan kejahatan dari pada kebaikan terhadap dirinya dan orang lain. Setelah para ahli membedah tubuh manusia dan melihatnya dengan mikroskop, maka di dalam ditemukan amuba, kuman dan virus dengan jasad manusia.

Maka pantaslah seorang ibu yang sedang menghardik anaknya yang jahat sering berkata kepada anaknya itu dengan ucapan anak setan. Sebab sang ibu itu melihat setan dengan wujud anaknya, sesuai dengan firman Allah di atas bahwa setan itu terdiri dari jin dan manusia, ada jin setan dan ada manusia setan, ada setan berwujud jin dan ada setan berwujud manusia.

Maka jika ada jin berbuat jahat sesamanya, berbuat jahat kepada bangsa manusia dan berbuat jahat kepada alam semesta tanpa alasan yang dihalalkan dalam agama Allah, maka itulah setan berwujud jin, layaklah jin itu menerima hukuman yang setimpal seperti yang berlaku pada sunnatullah di alam jin. Hukuman ini bisa dilakukan oleh bangsa jin dan bisa pula dilakukan oleh insan-insan mumpuni di bidangnya.

Jika ada manusia berbuat jahat kepada sesama manusia, alam dan seisinya tanpa alasan yang jelas yang dihalalkan dalam agama Allah, maka itulah setan berwujud manusia, maka layaklah manusia setan itu mendapat hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya seperti yang berlaku pada sunnatullah di alam manusia. Hukuman ini bisa dilakukan oleh para manusia yang mumpuni di bidang hukum dan perundang-undangan duniawi, bisa pula dilakukan oleh insan-insan mumpuni dalam hukum dan perundang-undangan spiritual sunnatullah (hukum gaib) dan bisa juga dilakukan oleh para jin sholeh mumpuni dalam hukum dan perundang-undangan sunnatullah.

Silahkan direalisasikan, karena hukum dan perundang-undangan buatan manusia dewasa ini sedang disalah gunakan oleh para setan berwujud manusia, maka sudah saatnya hukum dan perundang-undangan sunnatullah dari alam gaibullah yang ikut serta mengawal hukum dan perundang-undangan buatan manusia itu, jika hukum dan perundang-undangan buatan manusia itu disalah gunakan oleh manusia itu sendiri maka mubahlah bagi insan dan jin mumpuni untuk melanjutkan penegakan hukum itu. Monggo, saya tidak menghalangi, tetapi saya tidak ikut serta di dalamnya, karena saya tahu diri bahwa saya bukan makhluk mumpuni di bidang hukum dan perundang-undangan sunnatullah gaib, namun saya hanya ikut mengaminkan saja dan ikut mengobati orang-orang yang kena kutuk bumi akibat dari diperlakukannya hukum dan perundang-undangan sunnatullah gaib oleh manusia dan jin mumpuni itu. Allahu a'lam bissawaf.

Namunpun begitu, apalah salahnya jika dimaafkan saja, buang-buang energi, biarlah mereka berbuat jahat, toh nanti Malaikat dan Allah akan menghukum mereka juga kok di kuburan dan neraka. Bukankah memaafkan itu merupakan akhlak mulia di sisi Allah? Biarlah mereka berbuat jahat, sampai dimanalah mereka mampu berbuat jahat? Paling-paling sampai ajal mereka tiba, kemudian penjahat itupun kan mati juga, karena tugas kita-kita kan cuma mendakwahi agar mereka mau dan mampu merubah diri kearah yang lebih baik seperti yang Allah kehendaki, tetapi jika mereka tidak mau berubah juga yaa biarin ajalah. Bereskan? Gitu aja kok dipusingin. Huwehehehee.
www.syekhmudaonline.blogspot.com

Kamis, 27 Mei 2010

Tadabburil Qur'an

Syekh Muda Online: Al-Qur'an merupakan sumber awwalin dalam pemikiran, kitab kehidupan dan hikmah, sebagai miftahul hayatiddunya, kitab yang mampu membentuk karakter manusia berbudaya modern, berperadaban, terjauh dari kebiadaban. Kitab yang fungsinya sekaligus sebagai taman hati untuk menemukan miftahul jannah, miftahun nur, miftahul hidayah, miftahul maghfiroh, miftahul fiqroh, miftahul qolbi, miftahul zikroh wa miftahul shirothol mustaqim fiddunya wal akhiroh. Kitab obat, obat mata nan rabun melihat kebenaran, obat telinga tatkala tuli mendengar hidayah, obat tangan tatkala hobby usil dan jahil, obat kaki tatkala senang tersesat jalan, obat otak tatkala fikiran suka lobet, obat hati tatkala jiwa sedang dirundung duka lara nestapa karena tidak tahan dihempas gelombang badai prahara, obat kehidupan tatkala remang kelam tanpa secercah cahaya. Kitab tongkat petunjuk jalan menuju cahaya kebenaran. Kitab pondasi penguat prinsip-prinsip tegaknya idealisme diri untuk menemukan jati diri sejati. Kitab payung pelindung hati dari derasnya curahan titisan ujian nan antrian. Kitab pedoman hidup sepanjang masa, pemicu ruh menjadi hidup sepanjang hayat dikandung jasad. Kitab nan tidak lekang oleh panasnya sinar mentari kehidupan, tidak basah oleh kucuran tempiasan badai kehidupan dan tidak pernah lenyap oleh api dendam kekafiran durjana.

Itu sebabnya, sudah saatnya tadabburil Qur'an diaktifkan, dibaca tulisannya, disimak artinya, agar mengerti isi kandungannya, agar ada bekal dalil dalam pengamalannya. Namun harus dimulai dari diri sendiri, sebelum didakwahkan kepada sanak famili. Tidak perlu disuliti, jika bisa dimudahi, dimulai satu 'ain setiap hari, jika belum mampu satu juz'i perhari. Jika hal ini dapat dijadikan ritual diri setiap hari, insya Allah jadilah diri menjadi insan berakal budi tercerahi. Marilah kita mulai dari kini, dari diri dan dari rumah kita sendiri, agar rumah teristilahi baiti jannati. www.syekhmudaonline.blogspot.com

Jumat, 14 Mei 2010

Pantaskah Anda Jadi Ahli Surga?

Syekh Muda Online: Di ruangan kuliah di hadapan para mahasiswaku, seperti biasanya sebelum aku beri mereka wejangan-wejangan spiritual materi ilmu tasawuf seperti dibebankan pihak kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Sibolga kepadaku, aku bertanya kepada mahasiswaku: "Pantaskah anda jadi ahli surga? Kenapa?" Mereka tulis pertanyaan yang aku ajukan ini, lalu aku beri mereka 5 menit waktu untuk menjawabnya di atas kertas secara baik dan benar serta diiringi dengan suara hati nurani yang sangat dalam.

Lalu jawaban mereka kumpulkan ke mejaku sebelum aku memberi wejangan, lalu aku berkata ke mereka: "Lihatlah mataku, aku tidak lihat apa isi kertas yang kalian goreskan, tetapi aku tahu bahwa Tuhanku melihat dan mengetahuinya, karena aku tahu bahwa Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala dalam segala dan aku tahu bahwa Tuhanku bukanlah Zat yang bisu, karena aku tahu Tuhanku merupakan Zat Yang Maha Berbicara pada hambanya lewat telinga batin hambaNya. Aku bukan hamba iblis, karena aku tahu bahwa aku hamba Allah, maka aku tahu Tuhanku berbicara padaku tentang isi kertas yang kalian tuliskan ini." Itulah kalimat yang terlontar dari lisanku, seolah ada yang gerakin dari dari dalam, sungguh aku gemetar, lalu aku tiba-tiba tahu apa isi dari kertas yang ditulis para mahasiswaku itu, lalu aku berkata lagi: "Jika kamu berkata bahwa kamu pantas jadi ahli surga, maka kamu sesungguhnya tidak layak jadi ahli surga dengan sederetan noda dosa yang akan kamu persembahkan kepada Allah, karena kamu sesungguhnya belum mencapai maqam mulia. Orang yang merasa dirinya layak jadi ahli surga sesungguhnya orang itu orang yang tidak ikhlash, beramal karena mengharap surga, berbuat karena pamrih. Keikhlasan adalah berbuat tanpa berharap imbalan, maka sesungguhnya orang yang layak jadi ahli surga adalah hamba Allah yang berbuat tanpa harap imbal jasa (ikhlash) dan orang-orang ikhlash tidak berani berkata layak jadi ahli surga, karena surga itu bukan milik dirinya tetapi milik Allah, yang menentukan hanya Allah dan kita hanya mampu berupaya, namun harus diiringi dengan keikhlasan."

Masya Allah, kalimat itu terlontar begitu saja, aku coba cubit tanganku, sakit rasanya, berarti aku sadar 100%, tetapi apakah aku sepintar itu berbicara? semua buluku tegak, bagai perajurit pergi perang, bukan karena berani, tetapi takut sambil kagum pada Allah yang berbuat apa saja sekehendaknya, mampu membuat hambaNya berkata sesuatu sesuai kehendakNya tanpa hambaNya mampu menghentikanNya. Subhanallah wallahu a'lam bissawab. www.syekhmudaonline.blogspot.com

Selasa, 17 November 2009

Tugas Putra Putriku

Syekh Muda Online: Dari Mas Gun diinformasikan tentang tugas pembuatan makalah mahasiswa Semester I (satu) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Sibolga Tahun Akademi 2009/2010, judul disesuaikan dengan nomor urut pada absen di lokal masing-masing sebagaimana tercantum di bawah ini:

1. Study Tentang Pengertian Al-Hadits Dan 10 Contoh Al-Hadits.
2. Study Tentang Pengertian Assunnah Dan 10 Contoh Hadits Sunnah.
3. Study Tentang Pengertian Khobar Dan 10 Contoh Hadits Khobar.
4. Study Tengang Pengertian Atsar Dan 10 Contoh Hadits Atsar.
5. Study Tentang Hadits Qouli Dan 10 Contohnya.
6. Study Tentang Hadits Fi'li Dan 10 Contohnya.
7. Study Tentang Hadits Hammi Dan 10 Contohnya.
8. Study Tentang Hadits Ahwali Dan 10 Contohnya.
9. Study Tentang Ilmu Hadits.
10. Study Tentang 'Ulumul Hadits.
11. Study Tentang 'Ulum Al-Hadits.
12. Ilmu Riwayatul Hadits.
13. Ilmu Dirayatul Hadits.
14. Ilmu Rizalul Hadits.
15. Ilmu Al-Jarh Wa At-Ta'dilul Hadits.
16. Ilmu Tarikh Ar-Ruwatul Hadits.
17. Ilmu 'illatul Hadits.
18. Ilmu An-Nasikh Wa Al-Mansukhil Hadits.
19. Ilmu Asbabul Wurudil Hadits.
20. Ilmu Ghoribul Hadits.
21. Ilmu At-Tashif Wat Tahriful Hadits.
22. Ilmu Mukhtaliful Hadits.
23. Ilmu Sanadil Hadits.
24. Ilmu Matanil Hadits.
25. Ilmu Rawiyul Hadits.
26. Sanad.
27. Matan.
28. Rawi.
29. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam.
30. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an.
31. Al-Hadits Sebagai Bayanul Taqrirul Qur'an.
32. Al-Hadits Sebagai Bayanul Tafsirul Qur'an.
33. Al-Hadits Sebagai Bayanul Tasyri'ul Qur'an.
34. Al-Hadits Sebagai Bayaul Nasikhul Qur'an.
35. Sejarah Perkembangan Hadits Pada Masa Rasulullah SAW.
36. Sejarah Perkembangan Hadits Pada Masa Sahabat Rasul.
37. Sejaran Perkembangan Hadits Pada Masa Tabi'in.
38. Sejarah Perkembangan Hadits Pada Masa Tabi' Tabi'in.
39. Sejarah Perkembangan Hadits Pada Masa Kodifikasi Hadits.
40. Sejarah Perkembangan Hadits Pada Masa Penyempurnaan dan Pengembangan Sistem Penyusunan Kitab-Kitab Hadits.
41. Pembagian Hadits Dari Segi Kuantitasnya.
42. Pembagian Hadits Dari Segi Kualitasnya.
43. Hadits Maqbul Dan 10 Contohnya.
44. Hadits Mardud Dan 10 Contohnya.
45. Hadits Shahih Dan 10 Contohnya.
46. Hadits Shahih Dan 10 Contohnya.
47. Hadits Hasan Dan 10 Contohnya.
48. Hadits Dha'if Dan 10 Contohnya.
49. Hadits Maudu' Dan 10 Contohnya.
50. Sistematika Penerimaan Hadits.
51. Sistematika Periwayatan Hadits.
52. Sejarah Peranan Wanita Dalam Periwayatan Hadits.
53. Sejarah Perkembangan Pemikiran 'Ulumul Hadits Pada Zaman Klasik.
54. Sejarah Perkembangan Pemikiran 'Ulumul Hadits Pada Zaman Pertengahan.
55. Sejarah Perkembangan Pemikiran 'Ulumul Hadits Pada Zaman Modernisasi.
56. Signifikasi Perkembangan Pemikiran 'Ulumul Hadits.
57. Sejarah Pemikiran 'Ulumul Hadits Di Indonesia.
58. Sejarah Pemikiran 'Ulumul Hadits Di Sibolga.
59. Sejarah Pemikiran 'Ulumul Hadits Di Tapanuli Tengah.
60. Biografi Singkat Para Ahli Hadits Dari Zaman Ke Zaman.

Keterangan lebih lanjut akan disampaikan dalam pertemuan kuliah dan saya sampaikan selamat bekerja semoga sukses menjadi peneliti religius. Tugas sudah dikumpul paling lambat 7 hari sebelum ujian semester.

Sumber:
http://www.faqihmuda.blogspot.com
http://www.kiyaimudaonline.blogspot.com
http://www.putrajagatonline.blogspot.com

Minggu, 17 Mei 2009

Manusia Dan Kemanusiaan



Syekh Muda Online: "Tidak sedikit orang merasa diri sebagai manusia, tetapi fikirannya tidak manusiawi, hatinya dipenuhi nafsu al-hayawani, kadang kala hatinya di kuasai asy-syaithoni wal iblisi, namun masih merasa diri sebagai manusia pada hal tindakan perbuatannya sudah tidak manusiawi. Mungkin karena kurang mengerti tentang kemanusiaan, untuk itu mari kita beri tahu mereka yang sok manusia pada hal mereka bukan manusia yang sesungguhnya." Tiada maksud hati mengajari, ini cuma pemberitahuan tentang kemanusiaan, agar manusia kembali menjadi manusia dan bukan manusia syetan atau manusia binatang dan bahkan bukan menjadi manusia iblis wal dajjalin, sebagai anti sipasi kemunculan dajjal baru di muka bumi Allah ini, cukuplah Fir'aun dan jama'ahnya yang menjadi dajjal di bumi Allah ini. Pengertian Manusia Manusia jika ditinjau dari sudut bahasa memang amat menyudutkan nilai-nilai kemanusiaan kita sebagai manusia, sebab manusia merupakan kata Arab yang terdiri dari "mana" dan "Sia". "Mana" artinya "lupa" dan "sia" artinya "lalai". Namun manusia dituntut untuk selalu ingat dan jangan lalai. Ingat kepada yang telah menciptakan dirinya dari sesuatu yang Allah telah kehendaki harus terjadi sesuai dengan apa yang Allah inginkan dengan missi yang telah Allah programkan, jika tidak sesuai maka manusia itu tidak pantas disebut sebagai manusia. Kajian Kemanusiaan Allah ciptakan manusia minimal dari 7 (tujuh) unsur, yaitu: 1. Air berwujud darah dan tulang dalam tubuh kita. 2. Tanah berwujud daging dalam tubuh kita. 3. Api berwujud emosi dan semangat dalam diri kita. 4. Angin berwujud rohani, nafas atau hosa dalam diri kita. 5. Aqal berwujud pemikiran di otak kita. 6. Nurani berwujud aura atau cahaya dalam diri kita. 7. Hidayah berwujud petunjuk batin, firasat, ilham, mimpi, bisikan hati. 7 (tujuh) unsur di atas akan bernilai manusia sebagai manusia jika di dalamnya berisi sifat-sifat kebajikan seperti yang Allah inginkan dan jika tidak terdapat kebajikan di dalamnya maka itu bukanlah manusia, kemungkinan besar jasad berwujud manusia tetapi di dalamnya bukan manusia, bisa jadi di dalamnya binatang, syetan atau iblis yang dapat menyebabkan orang itu jadi buas, tidak pernah merasa puas dan ganas, kemanapun dia melangkah selalu menimbulkan petaka, dusta, pura-pura, mavia dan jahat. Jika jasadnya manusia tetapi di dalamnya binatang, maka pemikiran, perasaan dan perbuatannya akan mirip dengan binatang idolanya, maka penyakit yang dialaminyapun biasanya akan mirip dengan binatang. Contoh: "Jika orang mengidolakan burungnya, lebih banyak berfikir tentang burungnya, suka mengikuti keinginan burungnya, berfikir seperti insting burungnya, berprasaan seperti insting keburungannya dan jiwanya menyatu dengan burungnya, maka biasanya orang tersebut jika sakit akan sakit seperti penyakit burungnya dan nama jenis virusnya yang ada di tubuhnyapun otomatis berkait dengan burungnya, seperti flu burung, demam burung, penyakit burung, malaria burung dan jika dia merindukan sesuatupun nyaris mirip burung pungguk merindukan rembulan." Ini yang disebut dengan "manusia burung" atau "manusia binatang." Jika jasadnya manusia, tetapi di dalamnya syetan, maka pemikirannya mirip dengan pemikiran syetan, hatinya berhati syetan, tingkahnya bertingkah syetan, maka ini yang sering kita kenal dengan istilah "mansuia syetan." Jika jasadnya manusia, tetapi di dalamnya iblis, maka pemikirannya nyaris mirip dengan iblis, hatinya berhati iblis, tingkahnyapun bertingkah iblis dan orang seperti ini dikenal dengan istilah "manusia iblis". Jika manusia mempertuhankan manusia, maka pemikirannya akan mirip dengan manusia yang dipertuhankannya, hatinya mirip dengan manusia yang dipertuhankannya dan tingkahnyapun sama gilanya dengan orang yang dipertuhankannya itu. Jika manusia mempertuhankan hantu, maka alur pemikirannya lebih cendrung mirip hantu, hatinya berhantu dan tingkahnya bagai hantu. Orang ini disebut dengan "manusia hantu." Jika dia mati kemungkinan besar rohnya tidak bertemu dengan Allah, tetapi bertemu dengan hantu sembehannya, jadilah dia manusia gentayangan hingga kiamat tiba. Gentayangan, huwahahahaa huwehehehee. Jika manusia mempertuhankan patung, maka otaknya lebih cendrung beku bagai patung, kepalanya keras (keras kepala) mirip patung, hatinya membatu bagaikan patung, tindakannya kaku dan membosankan, jiwanya keras seperti patung, untunglah matinya tidak jadi patung, dipasung dan digantung-gantung. Namun jika manusia memperTuhankan Tuhan, yang tiada Tuhan selain Allah, maka itulah manusia yang sesungguhnya, manusia yang tahu diri terhadap penciptanya, sehingga dia tidak berfikir seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah kehendaki. Berhati tidak seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah maui, bertingkahpun tidak seperti yang lainnya kecuali seperti yang Allah ridhoi saja. Oh sungguh nikmat menjadi manusia, tahu diri sebagai makhluk ciptaan Allah sehingga hanya memperTuhankan Allah saja tanpa membudidayakan Allah menjadi beranak pinak sehingga tidak berani mengaku diri sebagai putra Allah, sebab Allah tidak berputra dan bukan diputrakan oleh apa dan siapapun juga, karena sesungguhnya Allah tidak setara dengan segalanya. Mari kembali menjadi manusia yang hanya menyembah Allah pencipta segala dalam segala dan jangan menyembah yang lainnya selain Allah saja. Mari renungkan dan semoga kita menjadi manusia seutuh.nya.

Wasaalam

www.syekhmudaonline.blogspot.com

Sabtu, 09 Mei 2009

Letak Nilai Kemanusiaan Seorang Manusia


Tujuan Diciptakannya Manusia

Sebagian manusia tidak menyadari bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan bukan tanpa tujuan. Bahkan Allah Ta`ala menciptakan manusia dengan satu tujuan yakni untuk beribadah kepadaNya. Hal ini diberitakan oleh Allah Ta`ala didalam Al Qur`an Surat Adz Dzaariyaat 56: “Dan tidaklah Aku Ciptakan Jin dan Manusia, kecuali untuk beribadah (mengabdi) kepada-Ku”.Oleh karena itu kita perlu menelusuri lebih kebelakang, untuk memahami untuk apa kita beribadah?

Memahami Makna Ibadah

Kita Beribadah sesungguhnya merupakan bentuk amalan syukur kita kepada Allah. Bila kita mengingat luasnya nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita, maka sungguh amat kecil pekerjaan ibadah yang Allah bebankan kepada kita dibandingkan luasnya nikmat Allah yang luar biasa tersebut. Maka bila amalan ibadah kita itu dalam rangka syukur kita kepada Allah, sungguh syukur kita itupun masih teramat sedikit jika dibandingkan terhadap limpahan nikmat-nikmat Allah tersebut. Allah berfirman di dalam surat Ibrahim 34: “ Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). “

Nikmat Allah tidak bisa kita hitung saking banyaknya, namun ibadah kita bisa kita hitung saking sedikitnya. Ibadah yang kita lakukan adalah dalam rangka syukur kita kepada Allah, bukan dalam rangka membalas nikmatnya. Sebab jangankan untuk membalas limpahan nikmat dari Allah Ta`ala tersebut, menghitungnya pun kita tidak akan mampu. Ini artinya kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan kepada kita sesungguhnya merupakan Rahmat dari Allah Ta`ala. Seandainya Allah menuntut kita untuk membalas segala nikmat-Nya kepada kita, maka sungguh kita tidak akan pernah mampu untuk membalasnya. Tapi karena rahmat Allah-lah, beban kewajiban Allah itu menjadi demikian ringan dan entengnya bila kita bandingkan dengan besarnya nikmat-nikmat yang Allah limpahkan kepada kita tersebut. Dan karena rahmat Allah pula, Allah masih saja selalu memaafkan kita atas sekian banyak kelemahan kita dalam menunaikan kewajiban-kewajiban tersebut, padahal kewajiban Allah tersebut telah amat sedikit dibandingkan limpahan NikmatNya. Oleh sebab itu sesungguhnya Allah Ta`ala menuntut kepada kita tidak terlalu banyak jika dibanding fungsi kita hidup di dunia ini. Kita hanya dituntut untuk beribadah kepada Allah ta`ala dengan segenap kemampuan yang ada pada kita sebagai ungkapan syukur kita kepada-Nya.

Allah menfasilitasi Manusia

Ketika Allah memberitakan bahwa misi hidup kita adalah untuk beribadah kepadanya, maka Allah juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap untuk menunjang misi tersebut. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 29: “Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”

Di dalam ayat diatas diberitakan bahwa Allah Ta`ala menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi ini untuk kita sebagai fasilitas dalam menjalani kehidupan kita di dunia. Di dalam ayat ini pula Allah Ta`ala menggambarkan betapa besar kekuasaannya yang mampu menciptakan bukan hanya bumi seisinya, namun juga tujuh lapis langit yang berada di atas bumi, yang seolah-olah Allah ingin menyadarkan kita bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pihak yang mampu menciptakan itu semua, sehingga oleh sebab itu hanya Ialah satu-satunya pihak yang pantas disembah dan diibadahi dengan segala kekuasaan dan kebesaran yang Ia miliki tersebut.

Nilai Kemanusiaan Manusia

Setelah kita memahami makna dari ibadah dan segenap fasilitas yang telah Allah sediakan untuk kita, maka mestinya kita mulai menyadari untuk apa kita diciptakan oleh Allah Ta`ala. Pertanyaan ini telah dijawab oleh Allah Ta`ala dalam surat Azd dzariyat 56 di awal pembahasan kita di atas, yakni misi hidup kita adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. Hal inilah yang harus kita tanamkan di dalam diri kita dan kita ingat-ingat terus bahwa mulai dari saat kita berusia baligh sampai kematian menjemput kita nanti, tugas kita adalah beribadah kepada Allah.
Oleh sebab itu besarnya nilai kemanusiaan dalam diri manusia itu ialah tergantung sampai sejauh mana ia menjalankan kewajiban ibadah kepada Allah. Manusia itu akan semakin jauh dari nilai kemanusiannya ketika ia semakin lepas dari kewajibannya (meninggalkan) untuk beribadah kepada Allah. Sementara ketika semakin jauh manusia itu dari nilai kemanusiaannya berarti semakin tidak bernilai ia sebagai manusia.

Maka sungguh lucu kalau ada orang yang mengatakan bahwa hidup di dunia ini hanya sekedar hidup dan tidak ada misi apa-apa. Maasyaallah, bagaimana mungkin Allah menciptakan manusia tanpa misi-apa-apa?, hanya misi sekedar hidup, seperti hidupnya sapi, kambing, kerbau dan sejenisnya yang hanya seputar makan, minum, buang air, kawin, tidur? subhanallah, inilah contoh ketika manusia itu telah jauh dari nilai kemanusiaannya, sehingga yang ia fikirkan dan lakukan dalam kehidupannya tidak jauh berbeda dengan rutinitas di dalam kehidupan hewan. Tidak ada nilai lebihnya, sebab ia meninggalkan misi hidup yang telah Allah bebankan kepadanya yang dengan misi itu membedakan antara manusia dengan hewan yakni beribadah kepada Allah. Allah mensinyalir orang-orang yang semacam ini di dalam surat Al A`raaf 179: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Allah menggambarkan adanya orang-orang yang telah diberikan fasilitas yang lengkap (seperti pendengaran, penglihatan dan hati) untuk mengenali dan memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, namun ia tidak mau menggunakan fasilitas tersebut sebagaimana mestinya, maka Allah istilahkan orang-orang semacam ini dengan “seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat atau rendah dari binatang ternak”. Mengapa mereka lebih rendah dari binatang ternak? Karena binatang ternak, mereka masih bertasbih kepada Allah. Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ 44: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka, Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “. Semua suara hewan itu bertasbih kepada Allah, sementara manusia yang bertingkah laku seperti hewan tadi, yakni tidak menjalankan misi hidupnya sebaaimana yang Allah kehendaki, mereka ini tidak bertasbih kepada Allah, sehingga manusia semacam ini lebih rendah derajatnya daripada hewan.
Kemudian orang yang mengerti misi hidupnya, ia akan senantiasa senang dan tenang dalam menghadapi segala macam problematika hidup didunia ini sebab ia mengerti bahwa segala problematika tersebut merupakan kemestian yang harus ia hadapi di dalam menjalankan misi hidup di dunia ini dan ia meyakini bahwa Allah akan memberikan ganjaran pahala bagi yang mampu menjalaninya dengan baik sesuai dengan yang dikehendaki Allah, sehingga ia senantiasa optimis di dalam menjalani hidup di dalam kondisi yang seperti apapun. Ia mengerti bahwa makan, minum, bekerja dan sebagainya itu ialah dalam rangka beribadah menjalankan perintah Allah Ta`ala. Adapun orang yang tidak mengerti misi hidupnya, untuk apa ia makan, minum, bekerja dan sebagainya? Sungguh ia akan merasa capek di dalam hidup di dunia ini karena ia tidak mengetahui tujuan yang hakiki dari semua kegiatan tersebut, sehingga kegiatan yang ia lakukan itu hanya sebatas rutinitas biasa saja tanpa ada harapan apapun dibalik itu. Pada saat bekerja disangkanya setelah ia kaya ia akan bahagia, namun setelah ia kaya ternyata masih muncul sekian banyak problem yang harus dihadapi, akhirnya iapun stress. Disangkanya ketika sudah mapan hidunya ia akan senang, namun ternyata setelah mapan, muncul lagi sekian banyak problem yang harus ia hadapi, sehingga iapun tertekan. Seolah-olah problem demi problem itu selalu menghantui hidupnya, tanpa mengetahui hakikat dari problem tersebut dan kemana ia harus bawa problem tersebut. Demikian terus menerus keadaannya akibat ketidakmengertiannya terhadap misi hidupnya di dunia, untuk apa ia bekerja, untuk apa ia beraktivitas dan sebagainya.

Maka semakin tinggi nilai ibadah seseorang itu, semakin tinggi pula nilai kemanusiaan dari orang tersebut. Dan semakin rendah nilai ibadah seseorang itu, semakin rendah dan jauh pula orang tersebut dari nilai kemanusiaannya (semakin tidak bernilai sebagai manusia). Dan bila kita telah mengerti bahwa misi hidup kita di dunia ini adalah untuk beribadah, maka tentunya perjuangan yang mesti kita lakukan adalah terus menerus memperbaiki kualitas ibadah kita, baik itu yang menyangkut hubungan kita dengan Allah, maupun hubungan kita dengan sesama makhluq Allah, sehingga kita betul-betul menjadi “manusia yang manusiawi”. Wallahu Al`lamu Bishshawaab.

Sumber:

http://www.samuderailmu.wordpress.com/2008/11/05/letak-nilai-kemanusiaan-seorang-manusia/#more-140

Rabu, 06 Mei 2009

Keutamaan Zikrullah


Allah Berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah yang sebanyak-banyaknya dan sucikanlah nama TuhanMu di waktu pagi dan petang."
(Q.S. Al-Ahzab, A. 41-42).

"Dan Sesungguhnya mengingat Allah lebih besar pahalanya dari ibadah yang lain."
(Q.S. Al-Ankabut, A. 45).

"Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."
(Q.S. Al-Jum'ah, A. 10).

"Oleh karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya aku ingat (pula) kepadamu."
(Q.S. Al-Baqarah, A. 152).

"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring." (Q.S. Ali Imran, A. 191).

"Hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-namaNya yang terbaik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang sesat dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. Al-Ahzab, A. 180).

"Katakanlah: 'Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu menyeruNya. Dia memiliki nama-nama yang terbaik."
(Q.S. Al-Isra, A. 110).

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dia memiliki nama-nama yang terbaik." (Q.S. Thaha, A. 8).

Sikap Pemuda

Syekh Muda Online: "Seorang pemuda tidak pernah berkata "ini bapakku", tetapi dia berkata "ini aku, ini dadaku, ini karyaku, aku adalah aku, perduli amat denganmu." Sekilas tampak egois, namun dengan demikian seorang pemuda menjadi tangguh, mandiri, bertanggung jawab, tidak cengeng terhadap segala tantangan yang mencoba menghadang perjuangan yang telah dirintisnya dengan susah payah, berani berbuat benar dan berani pula memperbaiki kesalahan masa lalu, tidak suka mencari kambing hitam untuk menyembunyikan kesalahan diri sendiri, tidak lari dari ujian yang coba-coba menguji kesabarannya sehingga tahan uji terhadap berbagai ujian yang menantang kepribadiannya. Tidak kenal kata mundur, tatkala kebenaran sedang diperjuangkannya, namun ada kalanya mengalah untuk mencapai kemenangan berikutnya, sehingga tidak perlu ngotot jika ternyata mengalami kekalahan. www.syekmudaonline.blogspot.com