Rabu, 01 Juni 2011

Hakikat Setan

HAKIKAT SETAN
Oleh: Drs. P.M. Gunawan Nst.
Dosen Ilmu Tasawuf Stit-Musi

Syekh Muda Online: Banyak orang mengira bahwa setan itu merupakan makhluk gaib saja yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa, anggapan seperti ini sebenarnya anggapan yang kurang pas. Terbukti dengan banyak orang menggambarkan bentuk-bentuk setan, baik di media massa, elaktronik dan buku kita temukan gambaran-gambaran wujud setan, sedikit banyaknya tentulah orang-orang itu telah tahu, mengerti, memahami dan bahkan diantara mereka ada yang mampu menghayati dan merasakan keberadaan setan di sekitar mereka. Apalagi dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan daya spiritual manusia, telah mampu menangkap dan mendeteksi keberadaan setan di dalam diri dan di luar diri manusia di abad globalisasi ini.

Lewat mikroskop manusia mampu melihat keberadaan setan di dalam diri manusia berbentuk lendir busuk, amuba, virus dan kuman, yang jika telah berada di dalam diri manusia akan menyebabkan manusia itu mengalami kebimbangan, yang dalam bahasa Quran disebut dengan was-was, sebagaimana Firman Allah dalam Quran Surat ke 114, A. 1-6:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

114. 1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

مَلِكِ النَّاسِ

114.2. Raja manusia.

إِلَهِ النَّاسِ

114.3. Sembahan manusia.

مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

114.4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

114.5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

114.6. dari (golongan) jin dan manusia.

Dari ayat di atas dapat disimak. dari hasil penyimakan ayat di atas menimbulkan perenungan, dan dari perenungan ayat di atas muncul pemikiran bahwa setan itu membisikkan kejahatan dan bersembunyi, ada kalanya dari dalam dan ada kalanya dari luar, dengan bisikan itu muncul keraguan di dalam diri manusia. Itu sebabnya orang-orang yang di dalam dirinya telah terjangkiti setan lebih cenderung melakukan kejahatan dari pada kebaikan terhadap dirinya dan orang lain. Setelah para ahli membedah tubuh manusia dan melihatnya dengan mikroskop, maka di dalam ditemukan amuba, kuman dan virus dengan jasad manusia.

Maka pantaslah seorang ibu yang sedang menghardik anaknya yang jahat sering berkata kepada anaknya itu dengan ucapan anak setan. Sebab sang ibu itu melihat setan dengan wujud anaknya, sesuai dengan firman Allah di atas bahwa setan itu terdiri dari jin dan manusia, ada jin setan dan ada manusia setan, ada setan berwujud jin dan ada setan berwujud manusia.

Maka jika ada jin berbuat jahat sesamanya, berbuat jahat kepada bangsa manusia dan berbuat jahat kepada alam semesta tanpa alasan yang dihalalkan dalam agama Allah, maka itulah setan berwujud jin, layaklah jin itu menerima hukuman yang setimpal seperti yang berlaku pada sunnatullah di alam jin. Hukuman ini bisa dilakukan oleh bangsa jin dan bisa pula dilakukan oleh insan-insan mumpuni di bidangnya.

Jika ada manusia berbuat jahat kepada sesama manusia, alam dan seisinya tanpa alasan yang jelas yang dihalalkan dalam agama Allah, maka itulah setan berwujud manusia, maka layaklah manusia setan itu mendapat hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuatannya seperti yang berlaku pada sunnatullah di alam manusia. Hukuman ini bisa dilakukan oleh para manusia yang mumpuni di bidang hukum dan perundang-undangan duniawi, bisa pula dilakukan oleh insan-insan mumpuni dalam hukum dan perundang-undangan spiritual sunnatullah (hukum gaib) dan bisa juga dilakukan oleh para jin sholeh mumpuni dalam hukum dan perundang-undangan sunnatullah.

Silahkan direalisasikan, karena hukum dan perundang-undangan buatan manusia dewasa ini sedang disalah gunakan oleh para setan berwujud manusia, maka sudah saatnya hukum dan perundang-undangan sunnatullah dari alam gaibullah yang ikut serta mengawal hukum dan perundang-undangan buatan manusia itu, jika hukum dan perundang-undangan buatan manusia itu disalah gunakan oleh manusia itu sendiri maka mubahlah bagi insan dan jin mumpuni untuk melanjutkan penegakan hukum itu. Monggo, saya tidak menghalangi, tetapi saya tidak ikut serta di dalamnya, karena saya tahu diri bahwa saya bukan makhluk mumpuni di bidang hukum dan perundang-undangan sunnatullah gaib, namun saya hanya ikut mengaminkan saja dan ikut mengobati orang-orang yang kena kutuk bumi akibat dari diperlakukannya hukum dan perundang-undangan sunnatullah gaib oleh manusia dan jin mumpuni itu. Allahu a'lam bissawaf.

Namunpun begitu, apalah salahnya jika dimaafkan saja, buang-buang energi, biarlah mereka berbuat jahat, toh nanti Malaikat dan Allah akan menghukum mereka juga kok di kuburan dan neraka. Bukankah memaafkan itu merupakan akhlak mulia di sisi Allah? Biarlah mereka berbuat jahat, sampai dimanalah mereka mampu berbuat jahat? Paling-paling sampai ajal mereka tiba, kemudian penjahat itupun kan mati juga, karena tugas kita-kita kan cuma mendakwahi agar mereka mau dan mampu merubah diri kearah yang lebih baik seperti yang Allah kehendaki, tetapi jika mereka tidak mau berubah juga yaa biarin ajalah. Bereskan? Gitu aja kok dipusingin. Huwehehehee.
www.syekhmudaonline.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar