Jumat, 14 Mei 2010

Pantaskah Anda Jadi Ahli Surga?

Syekh Muda Online: Di ruangan kuliah di hadapan para mahasiswaku, seperti biasanya sebelum aku beri mereka wejangan-wejangan spiritual materi ilmu tasawuf seperti dibebankan pihak kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Sibolga kepadaku, aku bertanya kepada mahasiswaku: "Pantaskah anda jadi ahli surga? Kenapa?" Mereka tulis pertanyaan yang aku ajukan ini, lalu aku beri mereka 5 menit waktu untuk menjawabnya di atas kertas secara baik dan benar serta diiringi dengan suara hati nurani yang sangat dalam.

Lalu jawaban mereka kumpulkan ke mejaku sebelum aku memberi wejangan, lalu aku berkata ke mereka: "Lihatlah mataku, aku tidak lihat apa isi kertas yang kalian goreskan, tetapi aku tahu bahwa Tuhanku melihat dan mengetahuinya, karena aku tahu bahwa Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala dalam segala dan aku tahu bahwa Tuhanku bukanlah Zat yang bisu, karena aku tahu Tuhanku merupakan Zat Yang Maha Berbicara pada hambanya lewat telinga batin hambaNya. Aku bukan hamba iblis, karena aku tahu bahwa aku hamba Allah, maka aku tahu Tuhanku berbicara padaku tentang isi kertas yang kalian tuliskan ini." Itulah kalimat yang terlontar dari lisanku, seolah ada yang gerakin dari dari dalam, sungguh aku gemetar, lalu aku tiba-tiba tahu apa isi dari kertas yang ditulis para mahasiswaku itu, lalu aku berkata lagi: "Jika kamu berkata bahwa kamu pantas jadi ahli surga, maka kamu sesungguhnya tidak layak jadi ahli surga dengan sederetan noda dosa yang akan kamu persembahkan kepada Allah, karena kamu sesungguhnya belum mencapai maqam mulia. Orang yang merasa dirinya layak jadi ahli surga sesungguhnya orang itu orang yang tidak ikhlash, beramal karena mengharap surga, berbuat karena pamrih. Keikhlasan adalah berbuat tanpa berharap imbalan, maka sesungguhnya orang yang layak jadi ahli surga adalah hamba Allah yang berbuat tanpa harap imbal jasa (ikhlash) dan orang-orang ikhlash tidak berani berkata layak jadi ahli surga, karena surga itu bukan milik dirinya tetapi milik Allah, yang menentukan hanya Allah dan kita hanya mampu berupaya, namun harus diiringi dengan keikhlasan."

Masya Allah, kalimat itu terlontar begitu saja, aku coba cubit tanganku, sakit rasanya, berarti aku sadar 100%, tetapi apakah aku sepintar itu berbicara? semua buluku tegak, bagai perajurit pergi perang, bukan karena berani, tetapi takut sambil kagum pada Allah yang berbuat apa saja sekehendaknya, mampu membuat hambaNya berkata sesuatu sesuai kehendakNya tanpa hambaNya mampu menghentikanNya. Subhanallah wallahu a'lam bissawab. www.syekhmudaonline.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar